Wednesday 18 March 2020

From Loser to Winner

From Loser to Winner
Ini adalah cerita perjalanan hidup seorang anak lelaki kecil yang bernama Daffa Bagaskara atau dengan akrab dikenal dengan Daffa. Daffa merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara dengan kakak tertuanya bernama Soraya Sasmita dan kakak laki-lakinya yang bernama Arjuna Bagaskara. Daffa sedari kecil hidup bersama dengan kedua kakaknya dengan keadaan orang tuanya yang sudah meninggal pada usia Daffa yang baru beranjak 5 tahun, akibat kecelakaan. Daffa dan kedua kakaknya hanyalah tingga di sebuah kontrakan kecil di tengah kota Bandung.
Sedari kecil Daffa diajarkan hidup mandiri oleh kedua kakaknya, hal itu mulai dilatih ketika Daffa menginjak kelas 2 SD dimana ia sudah membantu kakaknya dengan berjualan makanan ringan dan ditawarkannya kepada teman-teman sekolah Daffa serta guru-gurunya. Dimana uang hasil dari berjualannya itu disimpan oleh Daffa sendiri terkadang dibagi dua oleh kakaknya untuk membantu perekonomian keluarganya.
Pada suatu hari Daffa berjalan kaki dari sekolahnya menuju ke rumahnya, di jalan ia melihat sebuah kedai kopi yang terlihat sangat menarik bagi Daffa dan ia mencoba untuk memasuki kedai kopi tersebut. Barista yang berada di dalamnya segera menawarkan Daffa untuk memesan minuman apa lalu Daffa melihat hasil uang berjualan hari ini, Daffa ingin mengurungkan niatnya untuk membeli sesuatu namun Barista tersebut melihat wajah murung Daffa yang sepertinya tidak akan bisa membelinya. Lalu Barista tersebut tanpa bicara melangkahkan kakinya untuk membuat minuman lalu tidak lama kemudian kembali dengan membawa secangkir minuman yang terlihat fancy dan memberikan kepada Daffa secara percuma.
Sesampainya di rumah, Daffa bercerita kepada kakaknya bahwa ia ingin memiliki kedai kopi yang besar serta memiliki cabang di berbagai tempat mendengar hal itu kakak perempuannya tertawa merasa impian adiknya adalah sebuah hal konyol. Hal itu membuat Daffa memikirkannya kembali perihal impiannya itu dan membuat ia kehilangan semangat untuk bersekolah. Selama beberapa hari ia pulang dari sekolah menuju rumahnya dan melewati kedai kopi tersebut ia hanya menatapnya dengan tatapan sendu.
Setelah sekian lama ia memikirkan apakah mimpinya ini layak untuk diwujudkan atau tidak, memikirkan tentangan dari kakak perempuannya Daffa sedikit ragu untuk mewujudkan mimpinya. Selang beberapa hari ia mencoba untuk meracik kopi sendiri dengan biji kopi yang ia beli sendiri dari hasil berjualan lalu dia belajar untuk menggiling biji kopi tersebut dan menghasilkan kopi hampir sempurna. Lalu ia berpikir kira-kira bahan apalagi yang bisa membuat kopi buatannya menjadi lebih enak dan terpikirkanlah oleh dirinya untuk menambahkan susu full cream dengan sedikit gula jawa sebagai pemanisnya. Kopi tersebut disuguhkan kepada dua kakaknya yang sedang berada di rumah, dan kedua kakaknya takjub dengan hasil kopi yang dibuatnya.
Beberapa tahun kemudian, Daffa sudah lulus dari SMA dan dimana kakaknya telah menjanjikan Daffa untuk membiayai membuka kedai kopi seperti impiannya dahulu. Daffa mulai membangun 1 kedai kopi yang bisa dibilang cukup besar dan tak disangka-sangka banyak sekali peminatnya di samping hal itu Daffa juga membuat ide-ide minuman lainnya yang tidak menghilangkan cita rasa dari kopi itu sendiri.
Tahun demi tahun kedai kopi miliknya telah menyebar luas di berbagai kota besar yang ada di Indonesia, hal ini tentu membuat Daffa senang karena impiannya perekonomian keluargnya bisa tertolong dikarenakan hasil yang Daffa dapat setiap bulannya sudah melebihi dari cukup.
Begitulah kisah Daffa yang dulu hanya bisa menuruti apa kata kakaknya sekarang ia menjadi pengusaha muda yang memiliki kedai kopi begitu terkenal dan bahkan tidak kalah saing oleh kedai kopi milik luar negeri, Starbucks.

No comments:

Post a Comment